
Melompat
merupakan salah satu aktivitas yang menyenangkan. Siapa sangka, selain membantu
pembakaran kalori kegiatan ini juga bisa membantu mengurangi risiko
osteoporosis.
Wanita, khususnya wanita yang sudah mencapai usia lanjut, seringkali menganggap aktivitas melompat sebagai penyebab nyeri lutut. Namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa melompat dapat membantu mencegah osteoporosis dan juga memperlambat perkembangan osteoarthritis pada wanita usia lanjut.
Osteoarthritis dan osteoporosis merupakan salah satu jenis penyakit yang paling berisiko dialami oleh wanita usia lanjut. Oleh sebab itu, wanita disarankan untuk mulai rutin melakukan latihan melompat sejak muda.
Wanita, khususnya wanita yang sudah mencapai usia lanjut, seringkali menganggap aktivitas melompat sebagai penyebab nyeri lutut. Namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa melompat dapat membantu mencegah osteoporosis dan juga memperlambat perkembangan osteoarthritis pada wanita usia lanjut.
Osteoarthritis dan osteoporosis merupakan salah satu jenis penyakit yang paling berisiko dialami oleh wanita usia lanjut. Oleh sebab itu, wanita disarankan untuk mulai rutin melakukan latihan melompat sejak muda.
Untuk
membuktikan hal ini, para peneliti dari Academy of Finland merekrut 80
responden wanita berusia 50-65 tahun dengan diagnosis osteoarthritis ringan dan
nyeri lutut. Respoden ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama diberi program latihan tiga kali seminggu selama 12 bulan, sedangkan
kelompok lainnya tidak.
Para peneliti menemukan bahwa para responden menyukai program pelatihan ini. Dari program tersebut juga tidak ditemukan adanya nyeri lutut atau kekakuan. Setelah dilakukan scan MRI, ditemukan juga bahwa latihan ini meningkatkan kualitas tulang rawan, terutama di bagian tempurung lutut.
Selain itu, ditemukan juga bukti bahwa latihan semacam ini bisa memperlambat perkembangan osteoarthritis dan juga membantu mencegah penipisan tulang.
"Jika penipisan tulang rawan dapat dihambat atau bahkan berhenti, kemudian kualitas tulang rawan tersebut kualitasnya bisa ditingkatkan dengan aktivitas fisik yang sesuai, maka sangat mungkin perkembangan penyakit bisa diperlambat," ungkap salah satu peneliti yang terlibat, Jarmo Koli, seperti dikutip dari Science Daily.
Para peneliti menemukan bahwa para responden menyukai program pelatihan ini. Dari program tersebut juga tidak ditemukan adanya nyeri lutut atau kekakuan. Setelah dilakukan scan MRI, ditemukan juga bahwa latihan ini meningkatkan kualitas tulang rawan, terutama di bagian tempurung lutut.
Selain itu, ditemukan juga bukti bahwa latihan semacam ini bisa memperlambat perkembangan osteoarthritis dan juga membantu mencegah penipisan tulang.
"Jika penipisan tulang rawan dapat dihambat atau bahkan berhenti, kemudian kualitas tulang rawan tersebut kualitasnya bisa ditingkatkan dengan aktivitas fisik yang sesuai, maka sangat mungkin perkembangan penyakit bisa diperlambat," ungkap salah satu peneliti yang terlibat, Jarmo Koli, seperti dikutip dari Science Daily.